Komunikasi merupakan salah satu hal yang fundamental sebagai manusia. Tanpa adanya komunikasi, segala aspek kehidupan tidak akan bisa berjalan sebagaimana semestinya. Dari mulai bisnis hingga politik dan budaya. Komunikasi antar manusia juga melahirkan banyak cabang-cabang ilmu. Dengan mengerti komunikasi akan mempermudah seseorang dalam menyusun pikirannya sebagai isi pesan komunikasi. Dan agar proses komunikasi efektif, harus tersusun secara logis, etis dan estetis.

Menurut
Larry Gonick, ada empat prinsip komunikasi untuk sementara ini:
1.       Pahami pesan sebelum menyampaikannya
2.       Gunakan “bahasa orang yang anda ajak bicara”
3.       Usahakan sesederhana mungkin
4.       Minta umpan-balik

Tapi terkadang, pengalaman pribadi yang berbeda-beda sering kali menyebabkan banyak proses komunikasi menjadi tidak efektif. Selain itu bahasa dan latar belakang pendidikan juga sedikit banyak berpengaruh dalam proses komunikasi. Seseorang yang besar dari keluarga yang mayoritas adalah praktisi pendidikan dan seseorang yang besar dari keluarga yang mayoritas adalah petani tidak diragukan lagi akan mendapatkan banyak kendala dalam berkomunikasi. Seseorang yang besar di pulau A dan seseorang yang besar di pulau B, juga tidak diragukan lagi akan mendapatkan hambatan dalam berkomunikasi. Karena itu disini dapat ditekankan pentingnya peran seseorang yang ahli dalam ilmu komunikasi dan sosial yang dapat menjembatani jurang perbedaan.

Komunikasi yang efektif mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi

Selain pengalaman, bahasa yang merupakan pemeran utama dalam komunikasi seharusnya mendapatkan lebih banyak perhatian. Rancunya hubungan antara bahasa dan makna merupakan hakikat komunikasi.

Menurut Ahli Linguistik
Roman Jakobson, orang yang memikirkan pertanyaan: “Untuk apa sih bahasa itu?” mencetuskan suatu klasifikasi yang banyak dikutip orang. Menurut skema Jakobson, ada enam macam ungkapan bahasa yaitu emotif, konatif, referensial, fatis, puitis dan metalinguistik. (Bahasa Yunani-Romawi kuno digunakan karena jargon teknis menjaga gengsi ilmu pengetahuan, menetramkan hati ilmuwan dan membuat orang awam terpesona.)
      
Emotif: merujuk kepada ungkapan yang mekespresikan emosi. Mengekspresikan, bukan menggambarkan. Konatif: berusaha membentuk perilaku. Fatis: tanggapan verbal yang memberitahu seseorang bahwa anda tengah mendengarkan. Puitis: di sini makna menjadi nomor dua, dan kualitas suara atau susunan bahasa lebih utama. Referensial: inilah yang mungkin pertama-tama kita pikirkan. Kalimat-kalimat referensial merujuk pada dunia luar (atau dalam). Metalinguistik: bahasa yang membahas bahasa. Contohnya, iklan yang merupakan salah satu bentuk komunikasi, bisa dibilang puitis (dengan caranya sendiri). Dan juga merujuk pada produk dan mendorong untuk bertindak dan membeli.

Di Cina, dimana tulisan pada dasarnya bersifat gambar, kata-kata dan gambar ditulis dengan kuas yang sama. Di negeri ini gambar dan tulisan punya kesatuan yang tidak dikenal di barat. Kaligrafi Cina adalah seni tingkat tinggi, dan para petinggi di museum Cina melakukan sesuatu yang jarang sekali dilakukan orang Eropa: mereka menirukan bahasa isyarat; suatu reaksi kinestetis terhadap seni.

Menyoal komuniasi antarbudaya dan pemahaman lintas budaya, Komunikasi Antarbudaya atau lebih dikenal dengan Intercultural Communication berbeda dengan Pemahaman Lintas Budaya atau dikenal dengan Crosscultural Communication. Yang membedakan adalah sebagai berikut: Kajian Komunikasi Antarbudaya lebih menekankan pada proses bagaimana jalannya sebuah komunikasi yang berlangsung yang sebelumnya sudah diawali dengan pemahaman perbedaan antarbudaya. Sedangkan kajian Pemahaman Lintas Budaya menekankan pemahaman pada perbandingan budaya.

Perbedaan budaya menjadi hal yang menjerumuskan seseorang dalam kegagalan sebuah bisnis. Banyak hal yang mengakibatkan perbedaan budaya itu terjadi salah satunya adalah perbedaan konteks yang rendah dan tinggi. Dua konteks ini sangatlah bertentangan, oleh karena itu perbedaan budaya sangatlah mempengaruhi berjalannya suatu keberhasilan bisnis juga dalam pengambilan keputusan. 



Nama saya Fathya Rachmani. Saya anak pertama dari dua bersaudara. Walaupun sekarang saya masih belum menyelesaikan jenjang pendidikan S1, tapi saya bercita-cita untuk dapat melanjutkan sampai ke jenjang S3 dan menjadi seorang guru di suatu tempat. Karena saya berpendapat jika mengejar ilmu untuk memperoleh pemahaman dan membagikannya kepada orang lain, akan banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh selain dari segi material.

Ilmu yang ingin saya geluti kemungkinan besar seputar Humaniora. Karena itu saya biasakan dari sejak dini untuk sering membaca banyak karya sastra, pergi ke museum atau galeri, dan menulis. Saya sendiri sering menulis tentang aktivitas sehari-hari dengan gaya bahasa yang banyak terinspirasi dari karya sastra muda-mudi Indonesia.

Selain menulis, saya juga sering menyempatkan diri untuk melukis apa yang ada di sekitar saya. Selain kegiatan relaksasi, melukis juga dapat menjadi peluang bisnis yang menguntungkan karena termasuk jarang sehingga dicari oleh banyak orang. Cita-cita saya yang lainnya juga adalah membuat sebuah kafe di pinggir pantai yang dihiasi banyak lukisan, terutama lukisan karya saya. Tapi untuk cita-cita yang itu masih bisa diundur tanggal mainnya karena untuk saat ini saya ingin fokus kuliah dan belajar.

Mengenai cita-cita mengejar pendidikan tinggi, saya juga berharap dapat melanjutkannya di luar negeri karena dengan membuka wawasan tentang budaya-budaya yang belum pernah saya ketahui, saya berharap akan menjadi semakin lebih bijak dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Dan mengutip kata pepatah;

“Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”




Total Pageviews

Geographile

World from a full time student, part time problem solver.

Powered by Blogger.

Contact Form